Archive for 2017
Nama : Ika Fitriana
Wulandari
NIM : 16650056
1. Bentuk asal
2. Bentuk dasar
3. Bentuk turunan (berimbuhan, ulang, majemuk)
4. Bentuk pangkas
5. Bentuk akronim
1. Bentuk asal
2. Bentuk dasar
3. Bentuk turunan (berimbuhan, ulang, majemuk)
4. Bentuk pangkas
5. Bentuk akronim
1
Bentuk Asal adalah bentuk
atau kata yang belum mengalami perubahan bentuk (kata yang bentuknya masih
sederhana).
ü
Contoh kata : Rumah, pakai, sudah
ü
Contoh kalimat : Rumah itu mewah
Aku pakai baju biru
Aku sudah putus dengan dia
2
Bentuk dasar adalah bentuk,
baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar pembentukan suatu bentuk yang
lebih besar atau kompleks.
Secara sederhana, bentuk dasar adalah
bentuk yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar dari bentuk kompleks.
ü
Contoh kata : Makan, lambat, cuci.
ü
Contoh kalimat : Aku makan nasi
Sepedaku berjalan dengan sangat
lambat
Dia mencuci muka
3
Kata imbuhan, kata ulang,
kata majemuk.
Ø
Kata imbuhan adalah kata
dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan, sisipan, akhiran, awalan-akhiran
yang berfungsi untuk menambahkan arti dari kata dasar tersebut. Kata imbuhan
ada 4 macam :
a.
Awalan / Prefiks (didepan)
ü
Contoh : me-, meng-, ber-,
ke-, di-, pe-, se-, dan ter-.
ü
Contoh kata : me-minum, ber-jalan,
ter-tidur, pe-marah
ü
Contoh kalimat : adi sedang meminum jus apel
Ani suka
berjalan di pinggir pantai
b.
Sisipan / Injiks (ditengah)
ü
Contoh : -el-, -em-, -er-,
-ha-.
ü
Contoh kata : g-em-erlap, t-el-apak,
t-el-unjuk, ca-ha-ri
ü
Contoh kalimat : indahnya gemerlap lampu dikota
Petani adalah salah satu mata pencaharian orang desa
c.
Akhiran / Sufiks
(dibelakang)
ü
Contoh : -kan, -an, -kah,
-pun, -nya.
ü
Contoh kata : sadar-kan, merdu-nya,
ü
Contoh kalimat : siswa yang pingsan itu sudah
sadarkan diri
Ia bernyanyi
dengan merdunya
d.
Awalan-akhiran / konfiks
(awal dan akhir)
ü
Contoh : ke-an, pe-an,
per-an, se-nya, ber-an.
ü
Contoh kata : ber-datang-an, ke-indah-an
ü
Contoh kalimat : tamu pernikahan itu mulai
berdatangan
Aku suka
menikmati keindahan pantai
Ø
Kata ulang adalah bentuk
kata yang merupakan pengulangan kata dasar
a.
Dwipurna (kata ulang
sebagian)
ü
Contoh kata : tetangga, tetua, lelaki, leluhur,
rerumputan dll.
ü
Contoh kalimat : rumput tetangga lebih hijau
Dia adalah lelaki idaman
b.
Dwilingga (kata ulang utuh)
ü
Contoh kata : ibu-ibu, tinggi-tinggi, kata-kata,
lain-lain dll.
ü
Contoh kalimat : pepohonan disana tinggi-tinggi
Aku suka coklat, permen, tempe,
dan lain-lain.
c.
Kata ulang berubah bunyi
ü
Contoh kata : gerak-gerik, sayur-mayur, warna-warni
dll.
ü
Contoh kalimat : gerak gerik orang itu mencurigakan
Makanlah makanan sehat seperti
sayur-mayur
d.
Kata ulang berimbuhan
ü
Contoh kata :bersenang-senang, melihat-lihat,
berandai-andai
ü
Contoh kalimat : jono berandai-andai menjadi tentara dimasa
depan
Ani melihat-lihat patung di museum
lilin
Ø
Kata majemuk adalah
gabungan dari dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian
baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata tetapi gabungan kata itu
yang membentuk makna baru.
ü
Contoh kata : tanggung jawab, kaca mata
ü
Contoh kalimat : aku suka mengoleksi kaca mata
Semua orang memiliki hak dan
tanggung jawab yang sama
4
Bentuk pangkas adalah
bagian pembentukan kata yang menghilangkan atau melepaskan bagian dari kata
ü
Contoh kata : saudi→ arab saudi
gempa→ gempa bumi
burger→ hamburger
ü
Contoh kalimat : Raja Saudi datang ke Indonesia pada
awal Maret nanti
Gempa yang mengguncang Yogyakarta sangat besar
Harga burger di alkid sangat murah
5
Bentuk Akronim adalah
kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis
dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.
ü
Contoh kata : Pemkot (Pemerintah Kota)
Kades (Kepala Desa)
Sinetron (Sinema Elektronik)
HUT (Hari ulang tahun )
Tilang (Bukti pelanggaran)
Baper (bawa perasaan)
ü
Contoh kalimat : HUT Pacitan akan dimeriahkan oleh
Didi Kempot
Sinetron di SCTV bikin baper
Bentuk asal, bentuk dasar, bentuk turunan, bentuk pangkas dan bentuk akronim
Tag :
Read Post : Bentuk asal, bentuk dasar, bentuk turunan, bentuk pangkas dan bentuk akronimRabu, 08 Maret 2017
Author : Unknown
Comments : 0
Tag :
Read Post : Bentuk asal, bentuk dasar, bentuk turunan, bentuk pangkas dan bentuk akronimRabu, 08 Maret 2017
TUGAS BAHASA INDONESIA
11. Apakah
bahasa Indonesia identik dengan Bahasa Melayu?
22. Mengapa
Bahasa Melayu disepakati sebagai bahasa perantara?
33. Berikan
penjelasan perkembangan ejaan Bahasa Indonesia dari ejaan Van Ophuijsen samapai
ejaan yang disempurnakan (EYD). Berikan contoh untuk menguatkan penjelasan
anda.
44. Berikan
penjelasan tentang pedoman EYD beserta contoh-contohnya
Jawab:
11. Bahasa
Melayu dan Bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki kesamaan karena Bahasa Indonesia
berasal dari Bahasa Melayu. Namun pada perkembangannya karena Bahasa Indonesia
mengalami perubahan akibat pembakuan ejaan ejaan, penciptaan kata, dan
penyerapan kata dari bahasa daerah dan dari bahasa asing maka Bahasa Indonesia
dan Bahasa Melayu adalah bahasa yang berbeda, dimana konstanta dalam Bahasa
Indonesia sudah lebih kompleks dari Bahasa Melayu.
22. Bahasa
Melayu disepakati sebagai bahasa perantara karena Bahasa melayu bersifat
sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Bahasa Melayu
juga tidak mengenal tingkat-tingkat kebahasaan sehingga mudah dipelajari. Sejarah
juga telah membantu penyebaran Bahasa Melayu sehingga memiliki daerah
persebaran yang sangat luas dan melampaui batas-batas wilayah bahasa lain.
Sehingga bahasa Melayu tidak hanya digunakan di kepulauan Nusantara tetapi juga
digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Bahasa melayu jug banyak digunakan
sebagai bahasa pergaulan dan perdagangn baik suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar Indonesia.
33.
Perkembangan
Ejaan Bahasa Indoesia
A. Ejaan
Van Ophuysen (1901-1947)
Ejaan
ini merupakan pengembangan ejaan bahasa Melayu dengan menggunakan huruf latin
yang dilakukan oleh Prof. Charles van Ophuijsen ahli bahasa berkebangsaan
Belanda dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan
Ibrahim. Ejaan ini menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di
Indonesia.
Ciri-ciri Ejaan Van Ophuysen:
·
Huruf
“j” untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang dan sebagainya.
·
Huruf
“oe” untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe,oemoer, dan sebagainya.
·
Huruf “tj” untuk
menuliskan kata: tjinta, tjoekoer, pantjar
·
Huruf “dj” untuk
menuliskan kata: moedjoer, djoedjoer, wadjar
B. Ejaan
Republik 1947-1972
Ejaan
Republik menggantikan ejaan sebelum yaitu ejaan Van Ophuysen. Ejaan ini dikenal
juga dengan nama Ejaan Soewandi. Tujuan mengadakan perubahan ejaan tersebut
adalah penyederhanaan guna mencapai kemudahan-kemudahan
Ciri-ciri
ejaan Republik:
·
Huruf
“oe” diganti dengan “u” pada kata-kata guru, itu, umur, dan sebagainya.
·
Bunyi
hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan “k” pada kata-kata tak, pak, rakjat, dan
sebagainya.
·
Kata
ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti kanak2, ber-jalan2 dll.
·
Awalan
di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
C. Ejaan
Pembaharuan (1957)
Ejaan pembaharuan direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Namun, hasil kerja panitia itu tidak pernah
diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Ciri-ciri
ejaan Pembaharuan :
·
Gabungan
konsonan dj diubah menjadi j
·
Gabungan
konsonan tj diubah menjadi ts
·
Gabungan
konsonan nj diubah menjadi ń
·
Gabungan
konsonan sj diubah menjadi š
D. Ejaan
Melindo -Melayu Indonesia (1959)
Ejaan Melindo sebagai hasil usaha penyatuan
sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Akan
tetapi karena terjadi masalah politik antara Indonesia dan Malaysia selama
bertahun-tahun akhirnya peresmian ejaan ini tidak dilaksanakan. Ciri-ciri Ejaan
Melindo:
·
gabungan
konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta
·
juga
gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali
masih baru
E. Ejaan
Baru atau Ejaan LBK
Konsep ejaan ini disusun berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain pertimbangan teknis, pertimbangan Praktis dan
pertimbangan ilmiah.
Ciri-ciri
ejaan LBK antara lain:
·
Huruf tj diganti c, j
diganti y, nj diganti ny, sj menjadi sy, dan ch menjadi kh.
·
Huruf asing: z, y, dan
f disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia.
·
Huruf e tidak dibedakan
pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang berpasangan variasi e yang
menimbulkan salah pengertian.
F. Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan – EYD (1972 – Sekarang)
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus
1972 berdasarkan putusan presiden No. 57 tahun 1972 oleh presiden Republik
Indonesia Suharto, untuk menggantikan ejaan Republik (ejaan Suwandi) dan
digunakan hingga saat ini.
a. Perubahan
huruf
Dj → djika, wadjar menjadi J → jika, wajar
Tj →tjakap,pertjaja menjadi C → cakap, percaya
Nj → njata,sunji menjadi Ny → nyata, sunyi
Ch → achir, chawatir menjadi Kh → akhir, khawatir
Dj → djika, wadjar menjadi J → jika, wajar
Tj →tjakap,pertjaja menjadi C → cakap, percaya
Nj → njata,sunji menjadi Ny → nyata, sunyi
Ch → achir, chawatir menjadi Kh → akhir, khawatir
b. Huruf f,
v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
Misalnya: Khilaf, Fisik, Zakat, dan University
c. Huruf q
dan x yang lazim di gunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap di gunakan ,
misalnya pada kata furqan dan xenon.
d. Penulisan
di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang merupakan kata depan. Sebagai
awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di
sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.Misal :
Awalan :
dicuci, dibelikan, dilatarbelakangi.
Kata
depan : Di kantor, Di belakang, Di tanah dll.
44.
Pemakaian huruf
A. Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki
jenis huruf besar dan kecil.
B. Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen
é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
C. Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Huruf diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.
E. Gabungan huruf konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.
F. Huruf kapital
a.
Huruf pertama kata pada
awal kalimat
b.
Huruf pertama petikan
langsung
c.
Huruf pertama dalam
kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
d.
Huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (tidak
dipakai jika tidak diikuti nama orang)
e.
Huruf pertama unsur
nama jabatan yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat yang digunakan
sebagai pengganti nama orang (tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang,
instansi, atau tempat) huruf pertama nama jabatan atau instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya
f.
Huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa
g.
Huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
G. Huruf miring
1.
Menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
2.
Menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata
H. Huruf tebal
1.
Menuliskan judul buku,
bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran
2. Tidak dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata;
untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
3. Menuliskan lema dan
sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam
cetakan kamus
II. Penulisan kata
A. Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan
B. Kata turunan
1.
Ditulis serangkai
dengan kata dasarnya: dikelola, permainan
2. Imbuhan ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur
gabungan kata ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran: bertanggung
jawab, garis bawahi
3. Imbuhan dan unsur
gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban
C. Bentuk ulang. Ditulis
lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur
D. Gabungan kata
1.
Ditulis terpisah
antarunsurnya: duta besar, kambing hitam
2. Dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan untuk
mencegah kesalahan pengertian: alat pandang-dengar, anak-istri saya
3.
Ditulis serangkai untuk
47 pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah,
astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah.
E. Suku kata - Pemenggalan kata
1.
Kata dasar
1. Di antara dua vokal
berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan): ma-in.
2. Sebelum huruf konsonan
yang diapit dua vokal di tengah kata: ba-pak.
3. Di antara dua konsonan
yang berurutan di tengah kata: man-di.
2. Kata berimbuhan:
Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-kan.
3. Gabungan kata: Di
antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi
F. Kata depan. di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali daripada, kepada,
kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka.
G. Partikel
a.
Partikel -lah, -kah,
dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: betulkah,
bacalah
b.
Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, satu kali pun
c.
Partikel pun
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun
I.
Singkatan dan akronim
1.
Singkatan nama orang,
nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S.
Kramawijaya, M.B.A.
2.
Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik: DPR, SMA
3.
Singkatan umum yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik: dst., hlm.
4.
Singkatan umum yang
terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf: a.n., s.d.
5.
Lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik: cm, Cu
J.
Angka dan lambang
bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang
lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.
1.
Fungsi
1.
menyatakan (i) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv)
kuantitas,
2.
melambangkan nomor
jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat,
3.
menomori bagian
karangan dan ayat kitab suci,
2.
Penulisan
1.
Lambang bilangan utuh
dan pecahan dengan huruf
2.
Lambang bilangan
tingkat
3.
Lambang bilangan yang
mendapat akhiran -an
4.
Ditulis dengan huruf
jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan
K. Kata ganti
1.
Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya: kusapa, kauberi
2.
Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya: bukuku, miliknya
K. Kata sandang. si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya: sang Kancil, si pengirim
III. Pemakaian tanda baca
A. Tanda titik
1.
Dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan....
2.
Dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (tidak dipakai jika
merupakan yang terakhir dalam suatu deretan)
3.
Dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu
4.
Dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka
5.
Dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak
menunjukkan jumlah)
B. Tanda koma
1.
Dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
2.
Dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan
3.
Dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya)
4.
Dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi
5.
Dipakai untuk
memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang
terdapat di dalam kalimat
C. Tanda titik koma
1.
Dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara
2.
Dapat dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk
D. Tanda titik dua
1.
Dapat dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian (tidak
dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan)
2.
Dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian
3.
Dapat dipakai dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
E. Tanda hubung
1.
Dipakai untuk
menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris (Suku kata
yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)
2.
Dipakai untuk
menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian
kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya
jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris)
3.
Dipakai untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang
4.
Dipakai untuk
menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
5.
Dapat dipakai untuk
memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata
6.
Dipakai untuk
merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap
7.
Dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
F. Tanda pisah
1.
Dipakai untuk membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat
2.
Dipakai untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas
3.
Dipakai di antara dua
bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'
4.
Dalam pengetikan, tanda
pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya
G. Tanda tanya
1.
Dipakai pada akhir
kalimat tanya
2.
Dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya
H. Tanda seru
1.
Dipakai sesudah
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat
I. Tanda elipsis
1.
Dipakai dalam kalimat
yang terputus-putus
2.
Dipakai untuk
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan
3.
Jika bagian yang
dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga
buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat
J. Tanda petik
1.
mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain
2.
mengapit judul syair,
karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
3.
mengapit istilah ilmiah
yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
4.
Tanda petik penutup
mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
5.
Tanda baca penutup
kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat
6.
Tanda petik pembuka dan
tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di
sebelah atas baris
K. Tanda petik tunggal
1.
mengapit petikan yang
tersusun di dalam petikan lain
2.
mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
L. Tanda kurung
1.
mengapit keterangan
atau penjelasan
2.
mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
3.
mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
4.
mengapit angka atau
huruf yang memerinci satu urutan keterangan
M. Tanda kurung siku
1.
mengapit huruf, kata,
atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli
2.
mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
N. Tanda garis miring
1.
dipakai di dalam nomor
surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam
dua tahun takwim
2.
dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap
O. Tanda penyingkat
1.
menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun
Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu
Tag :
Read Post : Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu
Author : Unknown
Comments : 0
Tag :
Read Post : Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu